Catatan dari Praktisi Tentang Penggunaan Ventilator

Dari dulu saya tahu Ventilasi Mekanik itu tidak pernah dianggap sebagai terapi.

Ventilator itu untuk support fungsi organ yang fail sampai fungsinya pulih jadi memang untuk tx. simptomatik. Terapi definitif (terapi kausal) tetap harus dilakukan, kalau tidak ya tidak ada gunanya.

Apakah kalau pasien megap-megap karena tidak kuat bernapas akan dibiarkan. Contoh lain: Apakah kalau pasien anuria dibiarkan? Tentu tidak.

Pada masa kini teknik yang digunakan adalah protective ventilation strategy dan gentle ventilation, tidak seperti dulu-dulu lagi. Inipun dilakukan setelah terapi-terapi lain yang diberikan tetap pasien memburuk dan gagal nafas.

Nah masalah timing inilah yang penting. Ada kriterianya kapan intervensi dengan ventilator harus dilakukan.

Hypoxia not only stop the machine, it wreck the machine. Jadi kalau terlalu lambat, mesinnya (organ-organ tubuh) sudah keburu rusak dan mortalitasnya pasti akan tinggi.

Tidak seperti mobil, pada manusia kita hanya bisa memperbaiki alat/ organ yang bermasalah tanpa diperbolehkan mematikan mesinnya dalam hal ini fungsi-fungsi organ. Dan ini maaf, tidak gampang perlu observasi ketat.

Pada kasus Covid-19 severe dan perlu perawatan intensif di RIK (Ruang Isolasi Khusus) yang dilengkapi dengan ventilator, CRRT/ dialisis, echo, alat Ro” bahkan ECMO, dan lain sebagainya. Sekarang sedang dikembangkan, px covid ditidurkan, diventilator, posisi ditengkurapkan.

 

Disadur dari catatan praktisi yg bertugas di RIK, ICU

Tags: ,