NEGARA-NEGARA YANG SUKSES BENDUNG SERANGAN VIRUS CORONA

Virus corona menjangkiti lebih dari 2 juta orang di lebih dari 200 negara di dunia. Sejumlah negara bahkan terpapar parah dengan angka kematian tinggi, juga sektor ekonomi yang terpukul. Namun di tengah badai pandemi Covid-19, beberapa negara telah sukses membendung serangan virus mematikan tersebut. Respons cepat, pengujian luas serta perawatan medis yang baik hingga lockdown ketat menjadi kunci sukses negara-negara tersebut meminimalisir penyebaran corona.            

Berikut negara-negara yang dianggap sukses membendung pandemi global tersebut.

Korea Selatan

Korea Selatan dinilai sukses membendung corona meskipun  sempat menjadi salah satu negara dengan kasus virus corona tertinggi setelah China.

Sejauh ini, Korsel mencatat sebanyak 10.613 kasus 229 kematian dan 7.757 sembuh.

Beberapa ahli menilai faktor utama rendahnya kematian akibat corona di Korsel adalah layanan kesehatan mumpuni dengan tingkat pengujian luas dan murah.

Wakil Direktur Jenderal Korea Centers for Disease Control and Prevention Kwon Jun-wook mengaku Korsel memiliki kapasitas 20 ribu pengujian virus corona per hari dengan harga sangat terjangkau, bahkan gratis bagi masyarakat terpapar.

Mereka juga memusatkan peralatan dan personel khusus menjaga virus keluar dari rumah sakit.

Sistem triase memastikan hanya pasien gejala parah yang dirawat di bangsal beroksigen rendah, diikuti karantina mandiri di rumah dengan akses ke konsultasi medis.

Beberapa ahli menilai faktor utama rendahnya kematian akibat corona di Korsel adalah layanan kesehatan mumpuni dengan tingkat pengujian luas dan murah.

Wakil Direktur Jenderal Korea Centers for Disease Control and Prevention Kwon Jun-wook mengaku Korsel memiliki kapasitas 20 ribu pengujian virus corona per hari dengan harga sangat terjangkau, bahkan gratis bagi masyarakat terpapar.

Mereka juga memusatkan peralatan dan personel khusus menjaga virus keluar dari rumah sakit.

Sistem triase memastikan hanya pasien gejala parah yang dirawat di bangsal beroksigen rendah, diikuti karantina mandiri di rumah dengan akses ke konsultasi medis.

Beragam inovasi layanan kesehatan dilakukan selain di rumah sakit. Konsultasi telepon hingga pengujian drive-through meminimalisir kontak antara pasien dengan petugas medis.

Para ahli kesehatan mencatat baru-baru ini Korsel secara signifikan memperlambat jumlah kasus baru. Terakhir, kasus baru di sana hanya mencapai 22 pada Rabu (15/4).

Negeri Gingseng juga tak melakukan penguncian wilayah seperti yang diterapkan negara lain.

Dilansir dari NPR, Kepala Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia Mike Ryan menyebut Korsel mampu membuat keputusan taktis tentang sekolah, gerakan manusia, dan bergerak maju tanpa pembatasan penuh.

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga meminta negara lain mengambil pelajaran dari Korsel dalam pertempuran mandiri melawan virus corona.

   

Hong Kong

Hong Kong juga salah satu wilayah di Asia yang dianggap berhasil menekan corona. Hal tersebut dicapai berkat tindakan cepat sejak awal.

Saat kasus menyebar di China, Hong Kong langsung menerapkan langkah yang sekarang akrab di dunia, yakni pemetaan virus, jaga jarak sosial, cuci tangan intensif, dan memakai masker serta pakaian pelindung lainnya.

Hong Kong adalah bukti bahwa langkah-langkah ini berhasil. Kota 7,5 juta penduduk itu hanya melaporkan 1.017 kasus Covid-19, 4 kematian, dan 459 sembuh.

Dilansir dari TIMES, Direktur Institut Kepemimpinan untuk Transformasi Kesehatan Global di Universitas Nasional Singapura menyebut Hong Kong sukses membendung corona karena tanggapan pemerintah yang cepat sebelum virus memasuki wilayah.

Hal tersebut juga didapati Hong Kong dari pengalaman menangani SARS yang sempat menghancurkan banyak kota metropolitan di Asia itu.

   

Jerman

Jerman dianggap terdepan dalam penanganan pasien Covid-19, meski masuk peringkat kelima negara terbanyak terinfeksi.

Jerman memiliki tingkat kematian rendah, dari 134.753 kasus Covid-19, hanya 3.804 kematian atau 2,82 persen dari total kasus Covid-19.

Jumlah kematian adalah salah satu ukuran paling penting untuk menentukan bagaimana suatu negara menanggulangi virus. Di seluruh dunia, lebih dari 6,46 persen atau lebih dari 130 ribu orang meninggal karena corona.

Sejumlah ahli mengatakan rendahnya tingkat kematian di Negeri Panser disebabkan cakupan pengujian secara luas.

Direktur Insitute Epidemiologi University Dietrich Rothenbacher mengatakan strategi pengujian Jerman jauh lebih luas dibanding negara lain, termasuk Italia dan Spanyol.

Pengujian hingga ke tingkat negara bagian dan pelosok juga diikuti oleh perusahaan swasta yang bergerak cepat memproduksi sekitar 1,4 juta alat tes massal.

Pada 20 Maret, Presiden Utama Badan Kesehatan Masyarakat Jerman, Lothar Wieler mengatakan laboratorium memiliki kapasitas pengujian 160 ribu per minggu.

Jerman juga memberlakukan aturan pembatasan lebih cepat dan akurat karena pengujian luas tersebut.

Pembangunan tempat perawatan pasien virus corona di Jerman dinilai beberapa ahli paling intensif di Eropa, membuat masyarakat memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap pemerintah.

Mengutip CNN, Kepala Virologi Rumah Sakit Universitas di Heidelberg Hans-Georg Krausslich mengatakan keberhasilan Jerman dalam meminimalisir kematian dipengaruhi oleh pengambilan keputusan dan kapabilitas perawatan pasien terinfeksi.

“Mungkin kekuatan terbesar di Jerman adalah pengambilan keputusan rasional di tingkat pemerintahan tertinggi  dikombinasikan dengan kepercayaan yang dinikmati populasi,” kata Hans.

   

Taiwan

Taiwan juga dinilai sukses dalam membendung corona, terutama dari segi pencegahan masuk. Hal tersebut dibuktikan dengan hanya 395 kasus Covid-19 yang dilaporkan dengan 6 kematian selama virus muncul.

Dibandingkan negara lain yang masih ragu bertindak atas virus yang berawal dari di Wuhan, China, Taiwan sudah memberi ancang-ancang berupaya mengintervensi virus lebih awal demi keselamatan 24 juta penduduk.

Sejak awal penyebaran di awal Januari 2020, Taiwan dengan segera memerintahkan untuk memblokir semua penerbangan yang datang dari Wuhan.

Dilansir dari DW, Profesor Kesehatan Masyarakat di Oregon State University Chunhuei Chi menyebut tindakan siap siaga Taiwan didasari pengalaman dalam menghadapi kasus SARS pada 2003 silam.

Negara-negara yang Sukses Membendung Serangan Virus Corona

“Karena pelajaran keras yang dipelajari Taiwan selama epidemi SARS pada 2003, mereka lebih siap untuk wabah corona daripada banyak negara lain,” kata Chunhuei.

Keberhasilan Taiwan mendapat pengakuan dari Departemen Luar Negeri AS.

Sebuah makalah akademis yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association mengapresiasi pemerintah Taiwan yang sudah melakukan 124 tindakan untuk meminimalisir penyebaran virus.

Beberapa langkah tersebut seperti mendirikan pusat komando epidemi dan menggenjot peralatan pelindung diri seperti masker.

Untuk mencegah penularan dari kasus impor, pemerintah membatasi semua penerbangan dari China, Hong Kong, dan Makau.

Deplu AS kemudian menyerukan agar Taiwan diberi status pengamat di WHO. Setelah penyebaran kasus kian melemah, Taiwan mengekspor jutaan masker untuk membantu Uni Eropa dan negara lain yang masih berjuang menaklukkan vorona.

 

Selandia Baru

Pemerintah Selandia Baru mendapatkan pujian atas penanganan Covid-19. Mereka hanya memiliki 1.401 kasus dan mencatat 9 kematian.

Profesor Michael Baker dari Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Otago menyebutkan selain memiliki keuntungan menjadi negara kepulauan yang jauh dari kebanyakan negara, penerbangan Selandia Baru juga lebih sedikit daripada banyak tempat lain.

Dari sisi waktu, Baker menilai Selandia Baru memiliki banyak ruang untuk menganalisa pergerakan virus yang awalnya muncul di China.

Namun, terlepas dari segi geografis dan waktu, Baker menyebut kekuatan utama dari Selandia Baru adalah kombinasi antara ilmu pengetahuan dan keputusan pemerintahan yang baik.

Dikutip dari CNN, Baker menyebut pengujian luas oleh pemerintah Selandia Baru dan kebijakan pembatasan berkontribusi besar dalam menanggulangi virus.

Dia menyayangkan negara seperti AS dan Inggris yang memiliki sumber daya ilmu pengetahuan top dunia tak bernasib lebih baik dari Selandia Baru yang memiliki sumber daya relatif terbatas.

“Itu berarti pengujian luas. Hingga saat ini, Selandia Baru telah melakukan 51.165 tes. Awal pekan ini, Inggris yang merupakan negara dengan 13 kali lebih banyak orang dari Selandia Baru hanya telah menguji 208.837 orang,” ucap Baker pada 9 April lalu.

Pemerintahan Selandia Baru juga dikenal sangat tegas terhadap aturan pembatasan. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern tanpa pikir panjang menutup perbatasan bagi setiap warga asing sejak 19 Maret.

Dia kemudian mengumumkan lockdown skala nasional pada 23 Maret 2020 hingga tiga pekan ke depan.

Kendati kurva kasus dan angka kematian melambat, Ardern menegaskan belum berencana melonggarkan atau mencabut lockdown lebih cepat dari rencana awal.

“Dalam menghadapi ancaman terbesar terhadap kesehatan manusia yang telah kita saksikan di lebih dari seabad, Kami bersama-sama mengimplementasikan tembok pertahanan nasional,” ujar Ardern dalam pidaton, Kamis (15/4). (ara/dea)