In addition to RT-PCR testing, some experts argue that CT scans can diagnose COVID-19. Others disagree. Medical News Today spoke to two doctors who present their opposing viewpoints.
As the COVID-19 pandemic continues to claim lives across the globe, early diagnosis of people with SARS-CoV-2 is essential. Once a person has received a diagnosis, limiting their physical contact with others is one way to slow the spread.
What is the best way of establishing a firm diagnosis for COVID-19?
For many, the use of reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) is the gold standard. This molecular biology technique detects genetic material that is specific for the SARS-CoV-2 virus. Yet, RT-PCR is not 100% accurate, and some experts have raised questions around false-positive and false-negative test results.
Empat anak di Serang, Banten, kehilangan ibunya di tengah pandemi Virus
Corona COVID-19. Bukan akibat infeksi virus, sang ibu wafat karena serangan jantung usai dua hari kelaparan.
Tak hanya membuat keadaan darurat kesehatan, pandemi Virus Corona COVID-19 juga telah mengguncang ekonomi global, dengan bisnis-bisnis yang berjuang bertahan hidup, jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan jutaan lainnya menghadapi kelaparan.
Kelaparan memang menjadi ancaman nyata di tengah pandemi COVID-19. Menurut David Beasley, Direktur Eksekutif World Food Programme (WFP) yang merupakan bagian dari PBB, pada 2020 masyarakat dunia yang menderita kelaparan terancam meningkat hingga 265 juta orang. Setengah dari jumlah itu akibat pandemi virus corona jenis baru.
Kalangan yang paling terdampak adalah mereka yang hidup di negara-negara yang dilanda konflik, seperti Yaman dan Suriah.
Kamis 23 April 2020
Oleh : Dahlan Iskan
Mulailah berlatih prone –tidur dengan posisi tengkurap. Alias guring batiharap. Kebalikan dari telentang.
Prone dan ventilator kini memang jadi pembicaraan di media Barat.
Penderita Covid-19 yang ditolong dengan ventilator justru banyak yang meninggal.
Sebaliknya, pasien yang diminta melakukan prone justru banyak terselamatkan.
Jakarta, CNN Indonesia — Jumat dua pekan lalu, dokter Mangala Narasimhan menerima panggilan darurat di rumah sakit untuk covid-19. Seorang pria berusia 40-an dengan Covid-19 berada dalam situasi yang mengerikan, dan rekannya ingin dia datang ke unit perawatan intensif di Rumah Sakit Long Island Jewish. Dia harus memutuskan apakah si pasien perlu memakai alat pendukung kehidupan?
Namun Narasimhan memutuskan untuk membalik posisi pasien menjadi tidur tengkurap. Akhirnya dia tak perlu ditempatkan di ICU, cara tersebut berhasil.
Dokter menemukan bahwa menempatkan pasien virus corona yang sakit paling parah dalam posisi tengkurap bisa membantu meningkatkan jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru mereka.
Dalam menghadapi Covid-19, banyak rumah sakit melalukan terobosan, demikian juga RS UNAIR yang terus berupaya dalam memberikan tatalaksana Covid-19, antara lain:
- Gedungnya terpisah dengan RSUA. Punya pintu masuk dan keluar sendiri.
- Punya poli khusus Covid. Terpisah dengan poli lain dan terpisah dari IGD.
- Diagnosis pasti ditegakkan berdasar PCR Covid-19.
- Status paru ditegakkan dengan CT SCAN. Bukan foto torak
- Status jantung di tegakkan dengan Echokardiografi pada semua pasien
- Perawatan di sesuaikan keadaan: ICU dengan tekanan negatif berjenjang. Saat ini 16. Minggu depan 40. HCU dengan tekanan negatif. Saat ini 16. Minggu depan 134.
- Tersedia kamar operasi Covid.
- Tata kelola berbasis pendekatan Biologis dan Psikologis.
- Tersedia RAISA. Robot produksi RSUA- ITS.
- Peran Robot: membantu tenaga kesehatan, mencegah transmisi dari pasien ke tenaga kesehatan, mengurangi APD, memberi kesempatan lebih kepada pasien untuk beristirahat.
- Terdapat pendampingan: Psikiater, Psikolog, berbagai Tokoh Agama.
- Sedang di buat smart syringe pump di kendalikan via HP.
- Kamar jenazah canggih. Terdapat chamber open- close- in spray- open.
- Disediakan chamber untuk sterilisasi sampah biologis dan non biologis.
Demikian penjelasan Prof DR Dr Nasronuddin, SpPD (K)
Dari dulu saya tahu Ventilasi Mekanik itu tidak pernah dianggap sebagai terapi.
Ventilator itu untuk support fungsi organ yang fail sampai fungsinya pulih jadi memang untuk tx. simptomatik. Terapi definitif (terapi kausal) tetap harus dilakukan, kalau tidak ya tidak ada gunanya.
Apakah kalau pasien megap-megap karena tidak kuat bernapas akan dibiarkan. Contoh lain: Apakah kalau pasien anuria dibiarkan? Tentu tidak.
Best summary today:
1.-Why there is high ferritin level ?
2.-Why there is very high DDimer levels disproportionate with the severity of infection?
3.-Why ARDS in those are nearly
Not responding to high PEEP and Fio2 levels?
Sebagai pemakalah pertama Dirjen Bina Upaya Kesehatan Prof Dr Akmal Taher SpB (K) Uro, dalam seminar hari ke1 dengan thema “Heboh JKN : Sampai Kapan?”, pada Rabu 11 Juni 2014, di Gumaya Tower Hotel – Semarang, dikarenakan urusan penting yang dadakan beliau memaparkan secera teleconference.
Adapun makalahnya yang dipresentasikan Dirjen BUK yang mantan Dirut RSCM itu mengambil judul “Pelaksanaan JKN : Problematik dan Skenario Revisi Kebijakan.” Makalah yang setebal 28 halaman itu, Prof Akmal memaparkan pelaksanaan JKN secara lengkap. Mulai dari Perkembangan Kepesertaan JKN, hingga 23 Mei 2014, dari , delapan kelompok peserta, total peserta mencapai 120.478.399 peserta.